Harta yang Hakiki (Sebuah Renungan)

Fatan Abu Miqdam

Harta adalah sesuatu yang tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Bagaimana tidak? Syahwat manusia akan terus cenderung kepadanya dan setan akan terus menghiasnya agar manusia rakus serta berlomba-lomba mendapatkannya. Karena itulah Allah menyebutnya sebagai fitnah atau cobaan bagi para hamba-Nya. Cobaan yang sifatnya nikmat dan membuat siapa pun terlena, kecuali orang-orang yang Allah jaga. Allah berfirman:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya harta kalian dan anak-anak kalian hanyalah fitnah (ujian) dan Allah di sisi-Nya terdapat ganjaran yang besar.” (QS. At-Taghabun: 15)

Allah juga menyebut bahwa dunia adalah tempat yang dijadikan oleh manusia untuk berkompetisi memperbanyak dan mengumpulkan harta. Allah berfirman:

عْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ

“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan, kesia-siaan, perhiasan, tempat saling membanggakan diri di antara kalian dan memperbanyak harta dan anak-anak…” (QS. Al-Hadid: 20)

Demikian besarnya nikmat harta tersebut. Meski demikian, Allah mengapresiasi orang-orang yang tidak ditundukkan oleh hartanya. Justru harta itu yang tunduk padanya. Ia pun menjadikan harta itu sebagai wasilah untuk mendapat ridha-Nya dan menyelamatkan dirinya dari kengerian huru-hara hari pembalasan. Karena itulah Rasulullah menggambarkan harta itu tidak lebih dari 3 jenis saja bagi manusia, di mana hanya ketiga jenis itu yang benar-benar ia dapatkan manfaatnya secara langsung di dunia ini. Rasulullah bersabda:

يَقُولُ الْعَبْدُ: مَالِي، مَالِي، إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلَاثٌ: مَا أَكَلَ فَأَفْنَى، أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى، أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى، وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ، وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ

“Seorang hamba mengatakan, “hartaku, hartaku”. Sungguh bagiannya dari hartanya tersebut hanyalah 3 jenis saja: apa yang ia makan lalu habis (di buang melalui kotoran), atau yang ia pakai lalu menjadi usang, atau apa yang ia berikan (sedekahkan) lalu akan kekal. Selain dari itu semuanya pasti akan lenyap dan ia tinggalkan bagi manusia lainnya (setelah ia wafat).” (HR. Muslim: 2959 dari Abu Hurairah)

Hadits ini mengisyaratkan bahwa dari sekian jenis harta yang banyak rupanya, hanya 3 yang manfaatnya tetap di rasakan ketika hidup dan mati, yaitu makanan yang darinya daging kita tumbuh dan pakaian yang setidaknya masih kita bawa ke alam kubur berupa kapan dan lapisan dalamnya. Kedua jenis ini hanya dibawa sampai kubur dan akan menyatu dengan tanah, lalu lenyap. Adapun kenderaan, hunian, tabungan, istri dan handai taulan, perhiasan, usaha dan penghasilan, dan lain sebagainya akan ditinggal di dunia ini dan menjadi milik orang lain (warisan). Satu-satunya harta yang akan di bawa ke alam kubur dan akhirat nanti, sebagai tabungan dan simpanan seorang insan adalah sedekah yang ia berikan. Orang yang cerdas adalah orang yang menabung dan memperbanyak tabungannya sebagai bekal di hari yang berkepanjangan dan tidak akan berkesudahan, karena ia faham itulah satu-satunya hartanya yang dapat ia pertahankan di hadapan Ar-Rahman. Itulah harta yang hakiki. Itulah harta yang sejati. Apakah kita termasuk orang cerdas??


Dukung Yayasan Al-Hijaz Al-Khairiyah Indonesia
Dengan berdonasi melalui:
Bank Syariah Mandiri (BSM)
7010 0538 91 a.n.
Yayasan Al Hijaz Al Khairiyah Indonesia

Kode Transfer ATM Bersama 451)
konfirmasi via SMS/WA ke
08 11111 0948
(Ust Arofah)



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *