Dunia Hanya Untuk 4 Golongan, Di Golongan Manakah Dirimu?
Fatan Abu Miqdam
Dunia ini lezat dan akan senantiasa lezat. Karena saking lezatnya, banyak yang akhirnya terpesona dan lalu tergelincir ke neraka. Rasulullah bersabda:
إنَّ
الدُّنيا حُلوةٌ خَضِرةٌ، وإنَّ اللهَ مُسْتخلِفَكم فيها فَيَنْظر كيف تَعمَلون،
فاتَّقوا الدُّنيا
“Sesungguhnya
dunia itu manis nan hijau. Sungguh Allah menjadikan kalian khalifah di
dalamnya. Maka perhatikan bagaimana perbuatan kalian dan bertaqwalah terhadap
dunia.”
(HR. Muslim: 2742 dari Abu Said al-Khudry)
Terkait dunia, manusia terbagi menjadi 4 tipe dalam menyikapinya. Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَعِلْمًا ، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَيَعْلَمُ ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً ، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ ، يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا ، فَه ُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ
“Dunia hanyalah untuk 4 golongan: (Pertama), hamba yang Allah anugrahkan harta dan rezki, lalu ia bertakwa kepada Rabbnya dalam menggunakan anugrah tersebut dan menyambung tali silaturrahmi serta mengetahui hak Allah di dalamnya, maka inilah sebaik-baik golongan. (Kedua), hamba yang Allah anugrahkan ilmu dan tidak dianugrahkan harta, namun ia memiliki niat yang jujur dan bertekad: “Andaikan aku memiliki harta, aku pasti melakukan perbuatan si fulan (yang dermawan itu). Maka pahala kedua golongan ini sama. (Ketiga), hamba yang Allah anugrahkan harta dan tidak dianugrahkan ilmu, lalu ia menggunakan hartanya tanpa ilmu, tidak bertakwa kepada Rabbnya dalam menggunakannya dan tidak menyambung tali silaturrahmi, serta tidak mengetahui hak Allah atasnya, maka ini adalah golongan paling buruk. (Keempat), hamba yang Allah tidak anugrahkan harta dan ilmu,lalu mengatakan: “Andaikan aku punya harta, aku melakukan seperti perbuatan si fulan (yang menghamburkan harta)” dalam keadaan memiliki tekad, maka dosa kedua golongan ini sama. (HR. At-Tirmidzi: 3235. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihul Jami’: 3204 dari Abu Kabsyah al-Anmary).
Pada hadits di atas, Nabi hanya menjelaskan 2 tipe anugrah yang ada pada seorang hamba, yaitu ilmu dan harta. Inilah dasar seluruh anugrah Allah atas hamba-Nya di dunia ini. Masuk surga atau tidaknya seseorang, tergantung bagaimana ia memanfaatkan kedua anugrah ini di dunia.

Hadits ini juga menjadi dasar kemuliaan ilmu atas harta, sebab Rasulullah menyamakan antara orang berilmu tanpa harta dengan orang berilmu dan berharta jika orang yang berilmu tersebut memiliki niat yang jujur terhadap harta. Sebaliknya, orang yang tiada harta dan tiada ilmu sama dengan orang yang berharta tanpa berilmu, selama orang yang tiada harta dan tiada ilmu itu memiliki niat untuk menyaingi orang kaya yang tiada berilmu. Sekaligus
Hadits ini mengajari kita arti sebuah niat dan tekad, dimana para hamba bisa saja memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah walau kondisi mereka berbeda dengan adanya kejujuran niat. Dalam hadits ini Nabi mengapresiasi orang yang berilmu namun tiada berharta selama niatnya lurus jika nanti memiliki harta. Sementara beliau mencela orang yang berharta dan tiada berilmu dan menyamakannya dengan orang yang “kere” (tiada ilmu dan tiada harta), meski hartanya banyak.
Pertanyaannya, di golongan manakah kita? Masihkah kita bermalas-malasan menuntut ilmu? Apakah kita sudah merasa cukup dengan harta kita dan menyombongkannya? Hadits di atas hakikatnya mengajari kita 2 hal saja: Bagi orang yang berharta, bertakwalah kepada Allah dalam hartanya, tunaikan hak Allah, dan berusahalah untuk menuntut ilmu. Bagi yang berilmu, bertakwalah kepada Allah dalam ilmunya, tunaikan hak Allah, dan berusahalah mencari harta dengan niat untuk beramal melalui harta itu.
Wallahu a’lam
Dukung Yayasan Al-Hijaz Al-Khairiyah Indonesia
Dengan berdonasi melalui:
Bank Syariah Mandiri (BSM)
7010 0538 91 a.n.
Yayasan Al Hijaz Al Khairiyah Indonesia
Kode Transfer ATM Bersama 451)
konfirmasi via SMS/WA ke
08 11111 0948
(Ust Arofah)