Bani Israil, Apa dan Siapa? Benarkah Bani Israil Itu Yahudi?

Part II

Fatan Abu Miqdam

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya terkait Bani Israil apa dan siapa? Part I, maka kita beralih pada pembahasan siapakah Bani Israil itu. Kita telah mengetahui bahwa Israil sejatinya adalah Nabi Ya’qub, sehingga Bani Israil berarti anak-anak Nabi Ya’qub. Tidak disebutkan secara spesifik berapa jumlah anak-anak beliau dalam al-Quran, demikian juga nama-nama mereka. Hanya saja disebutkan bahwa salah satu anak beliau bernama Yusuf yang akhirnya juga menjadi seorang nabi. Al-Quran bahkan secara lengkap menukilkan kisah Nabi Yusuf dan meletakkannya menjadi surat tersendiri. Surat yang berada di antara surat Hud dan Yunus.

Walau demikian, kita bisa menemukan jumlah anak-anak Ya’qub secara tersirat dalam al-Quran. Diantaranya firman Allah ketika mengisahkan mimpi Nabi Yusuf:

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ إِنِّي رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَأَيْتُهُمْ لِي سَاجِدِينَ

“Ketika Yusuf mengatakan kepada ayahnya, wahai ayahku sungguh aku melihat ada 11 bintang, sebuah matahari dan rembulan. Aku melihat mereka semua bersujud kepadaku.” (QS. Yusuf: 4).

Qatadah, adh-Dhahhak, Sufyan bin ats-Tsauri, Ibnu Zaid, dan as-Sudi menafsirkan, 11 bintang yang dimaksud adalah saudara-saudara Yusuf, sedangkan matahari dan rembulan adalah ayah dan ibu Yusuf.[1]Qatadah bin Di’amah mengatakan: “Sebelas bintang adalah saudara-saudara yusuf, matahari adalah Ya’qub dan rembulan adalah ibu Yusuf Rahil (Rachel).”[2] Tafsiran ini semakin dikuatkan dengan adanya firman Allah di akhir kisah Yusuf:

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا

“Yusuf pun meninggikan kedua orang tuanya di atas singgasana dan mereka pun menyungkur sujud kepadanya (Yusuf). Dan ia (Yusuf) mengatakan: “Wahai ayahku, inilah tafsiran dari mimpiku dahulu. Rabbku telah menjadikannya nyata….” (QS. Yusuf: 100).

Jadi amat jelas, bintang yang dimaksud pada mimpi Yusuf adalah saudara-saudaranya sendiri. Yusuf menyebutkan bahwa bintang tersebut berjumlah 11, maka saudara-saudara Yusuf sejatinya berjumlah 11 dan jika dihitung bersama Yusuf, maka jumlah anak-anak Ya’qub tersebut adalah 12 orang.

12 orang inilah yang dimaksud al-asbath dalam al-Quran menurut sebagian ulama. Dalam artian mereka adalah anak-anak kandung Nabi Ya’qub. Allah berfirman:

وَقَطَّعْنَاهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ أَسْبَاطًا أُمَمًا وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى إِذِ اسْتَسْقَاهُ قَوْمُهُ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ

“Dan Kami telah pecah mereka menjadi 12 asbath yang bersuku-suku dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta minum agar “hendaklah engkau pukulkan tongkatmu ke batu itu!”, maka memancarlah darinya 12 mata air. Setiap suku mengetahui tempat minum mereka…” (QS. Al-A’raf: 160).

Al-asbath ini merupakan istilah lain yang menunjuk pada anak-anak Nabi Ya’qub menurut sebagian ulama. Ar-Rabi’ bin Anas mengatakan: “Al-Asbath adalah Yusuf dan saudara-saudara Yusuf dari anak-anak Ya’qub. Mereka ada 12 orang dan masing-masing mereka melahirkan sebuah kabilah. Karena itulah mereka dinamai al-Asbath.” Hal yang sama juga diriwayatkan dari Abul Aliyah, Qatadah, dan as-Sudi.[3]

Kedua belas orang inilah asal usul Bani Israil. Namun sampai disini istilah “Bani Israil” masih belum populer. Di zaman Yusuf pun istilah tersebut tampaknya belum populer.  Justru Al-Quran menyebut anak-anak Ya’qub dengan istilah Alu Ya’qub (Keluarga Ya’qub) di masa itu. Allah berfirman:

وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوبَ كَمَا أَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Demikianlah Rabbmu telah memilihmu dan mengajarkan kepadamu sebagian dari tabir-tabir mimpi dan menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan atas keluarga Yaqub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat tersebut atas kedua ayahmu (kakekmu) sebelumnya, yaitu Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Rabbmu Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.”  (QS. Yusuf: 5).

Siapakah Alu Ya’qub atau al-asbath yang kelak menjadi Bani Israil? Mereka adalah Rubail (Ruben), Syam’un (Simeon), Lawi (Lewi), Yahudza (Yehuda), Asakher (Isakhar), Zabilun (Zebulon), Yusuf, Bunyamin, Dan, Naftali, Jad (Gad), dan Asyer.[4] Hal yang sama juga disebutkan dalam Bibel atau Torat Ibrani. Disebutkan bahwa Nabi Yaqub memiliki 4 istri, 2 wanita merdeka yaitu Lea dan Rachel. Sedangkan 2 lagi wanita budak, yaitu Zilfa (budak Lea) dan Bilha (budak Rachel). Ini bisa kita lihat dalam Kitab Kejadian Pasal 35 Ayat 22-26.

Keempat istri Ya’qub ini masing-masing melahirkan anak. Dari Lea, lahir Rubail (Ruben), Syam’un (Simeon), Lawi (Lewi), Yahudza (Yehuda), Isakhar, dan Zabilun (Zebulon). Dari Rachel, lahir Yusuf dan Bunyamin. Dari Zilfa, lahir Jad (Gad) dan Asyer. Dari Bilha, lahir Dan dan Naftali. Inilah asal usul pertama Bani Israil yang dahulu dikenal dengan nama Alu Ya’qub.

Jika kita perhatikan sejarah, kita menemukan keluarga Ya’qub ini mengalami 2 fase besar, yaitu sebelum hijrah ke Mesir dan setelah berada di Mesir. Sebelum ke Mesir, mereka tinggal bersama kakek dan nenek mereka, yaitu Nabi Ishaq dan Nabi Ibrahim dengan Sarah. Setelah keduanya wafat, Yaqub pun hijrah ke Mesir dengan cara yang amat dramatis sekali, yakni setelah Yusuf berhasil menempati jabatan strategis di Mesir. Ini dapat kita temukan dalam rentetan ayat-ayat yang terdapat dalam surat Yusuf.

Kesimpulan, dari sini jkita dapat menemukan asal usul Bani Israil dan siapa nenek moyang mereka. Tetapi ini belum cukup menyimpulkan jati diri Bani Israil sebenarnya dan apakah mereka memiliki kaitan dengan Yahudi? Belum terlihat dengan terang apa agama Bani Israil dan apakah Yahudi adalah agama mereka. In sya Allah akan kita bahas pada tulisan selanjutnya. Wallahu a’lam

Bersambung


[1] Lihat Tafsir ath-Thabari XV/556-557

[2] Tafsir Ibnu Abi Hatim VII/2101

[3] Tafsir ath-Thabari III/111-112 dan Tafsir Ibn Abi Hatim I/243. Inilah yang dirajihkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari. Sebagian ulama menyebutkan bahwa al-asbath itu adalah cucu Ya’qub atau anak dari kedua belas putranya tersebut, sebagaimana yang diriwayatkan dari Khalil bin Ahmad, as-Zamakhsyari, dan Ar-Razi. Mereka berasal dari kalangan ahli tafsir belakangan. Lihat Tafsir Ibn Katsir I/449. Termasuk yang menyangkal hal ini dan menyebutkan bahwa al-asbath itu adalah anak cucu Ya’qub yang menjadi nabi adalah Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah I/228.

[4] Al-Bidayah wan Nihayah I/226

Dukung Yayasan Al-Hijaz Al-Khairiyah Indonesia
Dengan berdonasi melalui:
Bank Syariah Mandiri (BSM)
7010 0538 91 a.n.
Yayasan Al Hijaz Al Khairiyah Indonesia

Kode Transfer ATM Bersama 451)
konfirmasi via SMS/WA ke
08 11111 0948
(Ust Arofah)



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *