3 Bacaan Setelah Wudhu Yang Sering Dilalaikan
Fatan Abu Miqdam
Wudhu merupakan sebuah ibadah yang setiap hari pasti dilakukan oleh setiap muslim. Sebab wudhu merupakan suatu aktifitas yang berfungsi untuk mengangkat hadats dari diri seseorang, dimana hilangnya hadats merupakan salah satu syarat sah shalat seseorang tersebut. Karena saking pentingnya, Allah pun menjelaskan keumuman tata cara pelaksanaan wudhu secara langsung dalam al-Quran.
Meski terlihat sepele, namun ibadah ini memiliki keagungan tersendiri bagi Allah. Banyak keutamaan yang disampaikan oleh Nabi terkait dengan wudhu. Bahkan para ulama sampai membahas sedetail mungkin tata cara wudhu, agar umat dapat memahami dan berwudhu sebagaimana tuntunan syariat. Termasuk dalam hal ini adalah bacaan setelah wudhu. Ada 3 bacaan wudhu yang diriwayatkan dari sunnah Rasulullah dan atsar, dimana barangkali masih ada diantara kita yang belum mengamalkannya.
Pertama:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
“Aku bersaksi tidak ada ilah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah Rasul Allah.” (HR. Muslim: 234 dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani).
Rasulullah bersabda terkait orang yang membaca doa ini:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ – أَوْ فَيُسْبِغُ – الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ
“Tidak salah seorang dari kalian berwudhu, lalu ia memperbagus wudhunya, kemudian ia mengatakan: “Ayhadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rosuluhu”, melainkan akan dibukakan baginya 8 pintu surga dan ia boleh memasuki dari pintu mana saja yang kehendaki.” (HR. Muslim: 234 dari ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani).
Kedua: Doa di atas (pertama) ditambah dengan lafazh:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ المُتَطَهِّرِينَ
“Ya Allah, jadikanlah aku dari golongan orang yang bertaubat dan jadikan aku dari golongan orang yang menyucikan diri.” (HR. at-Tirmidzi: 55 dari ‘Umar bin al-Khaththab)[1]. Sehingga redaksi lengkapnya:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ
Ganjarannya juga sama, yaitu dibukakan 8 pintu surga dan boleh masuk surga dari pintu yang mana saja. (HR. at-Tirmidzi: 55 dari ‘Umar bin al-Khaththab).
Tambahan ini merupakan bentuk perealisasian terhadap firman Allah ketika Allah memerintahkan para wanita agar bersuci setelah mereka selesai haidh:
فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Apabila mereka (kaum wanita) telah suci, maka datangilah mereka dari arah yang Allah perintahkan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Ketiga:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan memuji-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada yang berhak diibadahi secara haq kecuali Engkau. Aku memohon ampun kepada-Mu dan Aku bertaubat pada-Mu.” (HR. an-Nasai dalam ‘Amal al-Yaum wa al-Laylah: 83 dari Abu Said al-Khudry).[2]
Rasulullah bersabda terkait orang yang membaca bacaan ini setelah wudhu:
مَنْ تَوَضَّأَ ثُمَّ قَالَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ , أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ , أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ , كُتِبَ فِي رَقٍّ ثُمَّ طُبِعَ بِطَابَعٍ فَلَمْ يُكْسَرْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa yang berwudhu, kemudian ia mengatakan: “Subhanakallohumma wa bihamdika. Asyhadu allaa ilaaha illaa anta. Astaghfiruka wa atuubu ilayk.” Akan dicatatkan ucapan tersebut, lalu dikunci, dan tidak akan hancur sampai hari kiamat.” (HR. an-Nasai dalam ‘Amal al-Yaum wa al-Laylah: 83 dari Abu Said al-Khudry).
Pada asalnya doa yang ketiga ini sering dibaca sebagai doa kaffaratul majlis, namun ternyata juga disunnahkan dibaca ketika selesai wudhu. Maka sebisanya kita tidak meninggalkan ketiga doa ini setiap kita selesai dari wudhu. Sebagai bentuk pengamalan kita terhadap sunnah Rasulullah. Imam an-Nawawi menyebutkan bahwa disunnahkan untuk membaca ketiga doa tersebut setelah selesai wudhu dan setelah selesai mandi (wajib/haidh). Lihat Syarh Shahih Muslim III/121.
Wallahu a’lam bis shawab
[1] Tambahan ini keshahihannya diperselisihkan oleh para ulama. Imam at-Tirmidzi melemahkannya dalam Sunan beliau I/110. Beliau mengatakan: “Tidak ada sedikitpun riwayat yang shahih dari Nabi terkait bab ini (bacaan setelah wudhu). Al-Arnauth juga cenderung melemahkannya dalam Tahqiq Sunan Abu Dawud I/122. Dihasankan oleh al-Baghawi dalam Mashabihus Sunnah I/182 dan al-Albani dalam Shahihut Targhib I/209. An-Nawawi cenderung menghasankannya dalam al-Majmu’ I/456-457
[2] Hadits ini dilemahkan oleh an-Nawawi dalam al-Adzkar I/28. Namun dishahihkan oleh Ibnu Mulaqqin dalam al-Badrul Munir. Ibnu Mulaqqin menampik pelemahan yang dilakukan oleh an-Nawawi ini dalam al-Badr II/290-291. Juga dishahihkan oleh as-Suyuthi dalam Tuhfatul Abrar I/38 dan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam at-Talkhish I/300. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahihut Targhib I/209 dan al-Arnauth dalam Tahqiq al-Adzkar I/28.
Dukung Yayasan Al-Hijaz Al-Khairiyah Indonesia
Dengan berdonasi melalui:
Bank Syariah Mandiri (BSM)
7010 0538 91 a.n.
Yayasan Al Hijaz Al Khairiyah Indonesia
Kode Transfer ATM Bersama 451)
konfirmasi via SMS/WA ke
08 11111 0948
(Ust Arofah)