Mengapa Harus Palestina?!

Fatan Abu Miqdam
Mengapa harus Palestina? Mengapa Palestina selalu konflik? Mengapa hingga kini belum ada ketenangan di al-Quds dan Baitul Maqdis? Mungkin pertanyaan ini selalu ditanyakan oleh sebagian kaum muslimin hari ini, menimbang dari hari ke hari isu Palestina terus saja memanas. Terlebih beberapa hari lagi, tepatnya 22 Agustus mendatang, kita diingatkan dengan momen menyedihkan yang pernah menimpa Masjidil Aqsha puluhan tahun yang lalu, yaitu pembakaran Mimbar Shalahuddin. Mimbar ini dahulu dibawa oleh Shalahuddin dari Syam (Suriah Sekarang) selepas beliau berhasil merebut kembali Baitul Maqdis dari pasukan Salib. Mimbar ini adalah milik Nuruddin Zanky yang sebelumnya pernah berwasiat agar mimbar tersebut ditaruh di Masjidil Aqsha apabila al-Aqsha berhasil dibebaskan.
Kembali ke pertanyaan, mengapa harus Palestina yang dirundung kekacauan? Mengapa Baitul Maqdis tidak aman tenteram seperti Makkah dan Madinah? Bukankah al-Aqsha adalah tanah suci? Mengapa Allah membiarkan tanah sucinya menjadi tempat ajang pertumpahan darah?
Pertanyaan seperti ini dapat dijawab dengan hadits berikut:
إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءَ
“Sesungguhnya manusia yang paling dahsyat ujiannya adalah para Nabi.” (HR. An-Nasai dalam al-Kubra: 7496 dan Ahmad dalam al-Musnad: 27079 dari Fathimah binti al-Yaman. Dishahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah No. 145 dan dihasankan oleh al-Arnauth dalam Tahqiq Musnad Ahmad XI/44)

Dalam hadits di atas kita melihat bahwa manusia yang paling dahsyat ujiannya, bukanlah para pendosa atau para raja. Justru para nabi. Bukankah mereka adalah manusia suci?! Kita melihat apa yang menimpa para nabi mulai dari Nabi Ibrahim yang dibakar, nabi Ayyub yang terpaksa diusir karena menderita penyakit yang memalukan, nabi Isa dan Muhammad yang menghadapi ancaman pembunuhan kaum Yahudi. Hatta kita menemukan sebagian nabi tersebut ada yang akhirnya wafat terbunuh sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Yahya.
Jika kita melihat sejarah, bahkan hampir seluruh tanah suci mulai dari Masjidil Haram hingga Masjid Nabawi pernah mengalami peristiwa naas. Masjidil Haram selama berabad-abad menjadi tempat penyembahan berhala. Terdapat 360 berhala yang mengelilingi Kakbah sebelum akhirnya dihancurkan oleh Islam. Madinah pernah dikepung oleh kaum Quraisy dan beberapa kabilah Arab pada perang Khandaq. Hajar Aswad pernah dicungkil dan dicuri oleh para penganut Syiah Qaramithah dan mereka membantai para jamaah di Makkah. Madinah pernah mengalami peristiwa Harrah yang menewaskan sebagian besar shahabat dan tabiin di Madinah pada masa Yazid bin Muawiyah. Allah berhak melakukan apa pun terhadap tanah-Nya. Tidaklah Allah menghendaki sesuatu pada tanah dan rumah-Nya melainkan untuk menguji manusia, apakah hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia ada yang siap berkorban untuk membela tanah-Nya sebagai bentuk pengagungan kepada-Nya, atau malah membiarkannya begitu saja berada di bawah musuh-musuh-Nya.

Jawaban ringkasnya, mengapa Allah menghendaki adanya pertumbahan darah dan kekacauan di Masjidil Aqsha adalah karena keutamaan tanah itu sendiri. Sebagaimana ujian terdahsyat yang menimpa para nabi karena keutamaan para nabi itu sendiri di atas manusia lainnya. Tujuannya adalah untuk menguji kita, apakah kita ambil bagian dalam perjuangan membela dan mempertahankan tanah suci-Nya tersebut atau malah tidak mau tahu tentang hal itu. Pertanyaannya, di golongan manakah kita??
Dukung Yayasan Al-Hijaz Al-Khairiyah Indonesia
Dengan berdonasi melalui:
Bank Syariah Mandiri (BSM)
7010 0538 91 a.n.
Yayasan Al Hijaz Al Khairiyah Indonesia
Kode Transfer ATM Bersama 451)
konfirmasi via SMS/WA ke
08 11111 0948
(Ust Arofah)