Amalan Sunnah di Hari Arafah dan Keutamaan Hari Arafah Secara Khusus

Fatan Abu Miqdam
Hari Arafah merupakan sebuah hari yang masyhur dan dimuliakan dalam Islam. Terdapat pada hari ke-9 Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha. Dinamakan hari Afarah, sebab pada saat itulah para jamaah haji secara serentak melaksanakan wukuf di Arafah, sebagai salah satu syarat keabsahan ibadah haji dan bagian dari runtutannya. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ibnu Abbas mengatakan: “Dinamai Arafah, karena disanalah pada saat itu (ketika Jibril mengajari Nabi Ibrahim manasik haji), Jibril mengatakan (kepada Ibrahim): “Hal ‘Arafta? (Apakah kamu telah mengenalinya –letak May’aril Haram-)?” Ibrahim menjawab: “Ya.” (HR. Ahmad dalam al-Musnad: 2707).[1] Ada beberapa keutamaan hari Arafah secara khusus mengingat hari tersebut akan tiba beberapa hari ke depan, agar jangan kita sia-siakan begitu saja dan supaya dapat kita maksimalkan hari tersebut untuk amal ibadah kita.
- Puasa Arafah
Puasa Arafah merupakan suatu amalan yang amat dianjurkan untuk dilaksanakan pada hari Arafah, khususnya bagi orang yang tidak sedang melaksanakan haji[2]. Terkait keutamaannya, Rasulullah bersabda ketika ditanya tentang keutamaan puasa pada hari Arafah:
يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
“Puasa tersebut akan menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu dan (setahun) yang akan datang.” (HR. Muslim: 1162 dari Abu Qatadah al-Anshari).
- Waktu Yang Mustajab Untuk Berdoa
Berkenaan dengan doa, hari Arafah merupakan hari terbaik untuk berdoa. Maka mari kita maksimalkan berdoa di dalamnya. Nabi bersabda:
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik doa adalah doa di hari Arafah.” (HR. At-Tirmidzi: 3585 dari Amru bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya)[3]
- Sebaik-Baik Ucapan Di Hari Arafah
Selain sebagai salah satu momen diijabahinya doa, namun juga terdapat dzikir terbaik yang biasa dipraktikkan oleh para nabi pada hari Arafah ini, sebagaimana sabda Nabi:
وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Dan sebaik-baik ucapan yang diucapkan olehku dan para nabi setelahku adalah “Tiada ilah selain Allah semata, tiada sekutu baginya. Milik-Nya segala kerajaan dan bagi-Nya seluruh pujian. Dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.” (HR. At-Tirmidzi: 3585 dari Amru bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya)[4]
Tentu ucapan ini tidak menafikan pensyariatan takbir muqayyad pada bulan Dzulhijjah yang dimulai sejak subuh di hari Arafah. Takbir muqayyad ini dibaca setiap habis shalat fardhu.
- Pembebasan Dari Apa Neraka
Tentu Allah bebas berkehendak memasukkan dan mengeluarkan siapa saja dari neraka dari para hamba-Nya. Kesempatan itu tetap ada setiap harinya. Namun ada satu saat dimana Allah dengan kasih sayang-Nya dan kecintaan-Nya kepada hari itu, membuat Allah membebaskan siapa saja yang dikehendaki-Nya lebih banyak daripada waktu-waktu lainnya. Saat itu adalah hari Arafah. Rasulullah bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللهُ فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو , ثُمَّ يُبَاهِي بِهِمْ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ؟
“Tiada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari neraka di dalamnya melebihi hari Arafah. Sesungguhya Allah benar-benar akan mendekat, lalu Allah membanggakan mereka (para hamba-Nya) terhadap para malaikat, kemudian berfirman: “Apakah yang diinginkan oleh mereka?!” (HR. Muslim: 1348 dari Aisyah)
- Hari Yang Allah Bersumpah Dengannya
Tidaklah Allah bersumpah dengan sesuatu melainkan adanya hikmah yang Allah inginkan dari hamba-Nya agar mereka memperhatikan sesuatu tersebut, atau karena agungnya sesuatu tersebut, atau besarnya keutamaan pada hari tersebut. Hanya Allah yang boleh bersumpah dengan makhluk-Nya, sedangkan hamba-Nya maka tidak boleh sama sekali. Di antara sesuatu yang Allah pakai bersumpah adalah hari Arafah. Allah berfirman:
وَلَيَالٍ عَشْرٍ (2) وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ (3)
“Demi malam yang sepuluh. Demi yang genap dan yang ganjil” (QS. Al-Fajr: 2-3).
Rasulullah bersabda dalam menafsirkan ayat tersebut:
إِنَّ الْعَشْرَ عَشْرُ الْأَضْحَى، وَالْوَتْرَ يَوْمُ عَرَفَةَ، وَالشَّفْعَ يَوْمُ النَّحْرِ
“Sesungguhnya (malam) yang sepuluh itu adalah sepuluh adha (Dzulhijjah), yang ganjil itu adalah hari Arafah, sedangkan yang genap itu adalah hari penyembelihan (idul adha).” (HR. An-Nasai dalam al-Kubra: 14511 dari Jabir bin Abdillah)[5]
Allah juga bersumpah dengan hari Arafah pada ayat lain dalam kitab-Nya:
وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ
“Demi yang menyaksikan dan Demi yang disaksikan.” (QS. Al-Buruj: 3)
Diriwayatkan dari Nabi, beliau bersabda:
وَاليَوْمُ المَشْهُودُ يَوْمُ عَرَفَةَ، وَالشَّاهِدُ يَوْمُ الجُمُعَةِ
“Demi hari yang disaksikan maksudnya adalah hari Arafah, dan yang menyaksikan adalah hari jumat.” (HR. At-Tirmidzi: 3339 dari Abu Hurairah)[6].
Jika riwayat ini shahih, maka Allah bersumpah sebanyak 2 kali dengan hari Arafah dalam al-Quran. Ini menunjukkan keagungan dan kemuliaan hari Arafah itu sendiri disisi Allah. Sebab pada asalnya, sumpah digunakan dengan menggunakan sesuatu yang diagungkan oleh seseorang. Tatkala Allah bersumpah dengan sesuatu dari makhluk-Nya, menunjukkan agungnya sesuatu tersebut bagi-Nya.
- Hari Disempurnakannya Islam
Thariq Syihab mengisahkan bahwa ada seorang lelaki Yahudi mendatangi Umar, lalu mengatakan: “Wahai Amirul Mukminin, ada sebuah ayat dalam kitab kalian yang selalu kalian baca, dimana andaikan ayat tersebut turun atas kami kaum Yahudi, niscaya akan kami jadikan hari turunnya ayat tersebut sebagai ied (hari raya). Umar bertanya: “Ayat yang mana?” Si yahudi menjawab:
اليَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada hari ini, Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku cukupkan atas kalian nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam sebagai agama bagi kalian…” (QS. Al-Maidah: 3)
Umar pun menanggapi:
قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ اليَوْمَ، وَالمَكَانَ الَّذِي نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
“Kami tahu kapan hari itu dan dimana tempat tatkala ayat itu turun atas Nabi, yaitu ketika beliau berdiri (berkhutbah) di Arafah pada hari Jumat.” (HR. Al-Bukhari: 45 dan Muslim: 3017)
Maka mari kita maksimalkan hari Arafah ini dengan ibadah dan
berbagai ketaatan, sekaligus merenungkan kembali arti keislaman yang telah kita
jalankan. Sebab Allah menyempurnakan agama-Nya atas kita pada hari ini. Akankah
kita pelihara nikmat-Nya tersebut atau malah kita sia-siakan begitu saja. Wallahu
a’lam bish showab
[1] Syaikh al-Arnauth mengatakan dalam Tahqiq Musnad Ahmad IV/438: “Rawi-rawinya seluruhnya tsiqat dan rawi-rawi hadits shahih selain Abu Ashim al-Ghanawi…. Mayoritas kandungan hadits memiliki riwayat pendukung dan berbagai jalur yang saling menguatkan.”
[2] Sebab terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait anjuran berpuasa Arafah bagi jamaah haji.
[3] Al-Albani mengatakan dalam Shahihut Targhib II/226: “Hadist hasan lighairihi.” Demikian juga penilaian al-Arnauth dalam Tahqiq Musnad Ahmad XI/550. Namun Hadits ini dilemahkan oleh at-Tirmidzi sendiri dalam V/464. Adz-Dzahabi mengatakan dalam al-Muhadzdzab IV/1660: “Ini hadits mursal.”
[4] Al-Albani mengatakan dalam Shahihut Targhib II/226: “Hadist hasan lighairihi.” Demikian juga penilaian al-Arnauth dalam Tahqiq Musnad Ahmad XI/550. Namun Hadits ini dilemahkan oleh at-Tirmidzi sendiri dalam V/464. Adz-Dzahabi mengatakan dalam al-Muhadzdzab IV/1660: “Ini hadits mursal.”
[5] Al-Arnauth mengatakan dalam Tahqiq Musnad Ahmad XXII/389: “Hadits ini sanad-sanadnya tidak mengapa (diamalkan).” Dishahihkan oleh al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Lihat al-Mustadrak ma’at Talkhis IV/220.
[6] Hadits ini diperselisihkan persinambungannya kepada Nabi atau hanya ucapan Abu Hurairah saja. Al-Albani menghasankan hadits ini sebagai sabda Nabi dalam ash-Shahihah IV/4-6. Namun al-Arnauth menshahihkan ini sebagai ucapan Abu Hurairah, bukan ucapan Nabi. Adapun jika disandarkan kepada Nabi maka lemah menurut beliau. Lihat Tahqiq Musnad Ahmad XIII/352. Adapun
Dukung Yayasan Al-Hijaz Al-Khairiyah Indonesia
Dengan berdonasi melalui:
Bank Syariah Mandiri (BSM)
7010 0538 91 a.n.
Yayasan Al Hijaz Al Khairiyah Indonesia
Kode Transfer ATM Bersama 451)
konfirmasi via SMS/WA ke
08 11111 0948
(Ust Arofah)