TAMU AGUNG ITU BELUMLAH PERGI

Sepuluh Ramadhan terakhir kian berakhir,
Terus berjalan sesuai takdir,
Satu malam mulia nan berkah segera hadir,
Namun manusia seolah tak sadar,
Terjerat syaithan dalam tipu daya dan makar,
Lebih suka ngumpul berjalan di trotoar,
Malam 1000 bulan tak ingin dikejar,
Pahala berlipat tak menjadi risau dan fikir,
Tak sedih melewatkan ibadah dan dzikir,

Tamu Agung itu akan pergi, 
Malam-malam terakhirnya menjadi tak berarti,
Karena syubhat dan syahwat dituruti, 
Itulah perlakuan orang yang lalai. 

Wahai Saudaraku para perindu surga,
Waspadalah terhadap manusia,
Tapi kamu harus jadi manusia,
Harus jadi manusia,
Manusia adalah manusia,
Tapi tidak setiap manusia itu manusia,
Hilanglah kemanusiaan,
Yang tinggal hanyalah manusia-manusiaan,
Dan bukanlah manusia sejati selagi terbersit keputusasaan.

Jangan sedih dirundung gelisah,
Bila malam ke 21, 23, dan 25 terlewatkan karena lemah, Malam ini malam ke 27 peluang turun malam penuh berkah, Sahabat Rasulullah, Ubay bin Ka’ab r.a berkhutbah, 

وَاللَّهِ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِنَّهَا لَفِى رَمَضَانَ – يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِى – وَوَاللَّهِ إِنِّى لأَعْلَمُ أَىُّ لَيْلَةٍ هِىَ. هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

Demi Allah yang tiada ilah yang berhak disembah selainNya, sungguh malam lailatu al-qadr itu terdapat dalam bulan Ramadhan. Dan demi Allah, sesungguhnya aku tahu malam apakah itu. Lailah al-qadr itu adalah malam, dimana Rasulullah memerintahkan kami untuk menegakkan shalat di dalamnya, malam itu adalah malam yang cerah: malam ke dua puluh tujuh. Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot. (HR. Muslim, no. 1272)

Insya Allah malam ini adalah malam ke-27 Ramadhan. 
Malam Lailatul Qadri berpeluang turun. 
Semoga “Kita” mendapat Taufik dan Kemudahan, 
untuk memaksimalkan ibadah di malam kemuliaan. 

Oleh : Dr. Samsul Basri, SSi, MEI.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *