Valuemu, Takwamu!

Dikisahkan bahwa salah seorang sahabat Rasulullah yang bernama Zahid Radhiallahu ‘anhu yang usianya sudah menginjak 35 tahun namun belum juga menikah. Dengan keadaannya itu, Rasulullah merasa terpanggil untuk menanyakan kenapa Dia belum menikah. Namun apa jawaban dari Zahid, sahabat Rasulullah tersebut. Ia mengatakan kalau dirinya merasa minder karena miskin dan kurang tampan.

Seketika itu Rasulullah menimpalinya dan berkata: “itu urusan mudah jika engkau mau”. Singkat cerita Rasulullah meminta kepada seorang sahabat untuk menuliskan surat lamaran atas nama Zahid. untuk seorang gadis cantik putri bangsawan bernama Zulfiah binti Said. Awalnya Zulfiah menolak lamaran tersebut, namun setelah Ia mengetahui kalau itu permintaan Rasulullah, maka Zulfiah pun menerima lamaran Zahid.

Namun lagi-lagi Zahid harus tertunduk lesu ketika ditanya akan persiapan pernikahannya karena tidak memiliki modal untuk menikahi Zulfiah. Lanjut cerita, Rasulullah kemudian meminta kepada para sahabatnya yakni Abu Bakar, Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin ‘Auf untuk membantu biaya pernikahan Zahid. Singkatnya, menjelang pernikahan beliau, zahid melihat Rasulullah dan para sahabatnya disibukkan dengan menyiapkan perlengkapan perang. Lalu Zahid bertanya kepada sahabat, dan Ia pun tahu kalau orang-orang kafir akan menyerang kaum muslimin.

Mendengar hal itu, modal yang sudah terkumpul seyogyanya dipergunakan untuk pernikahannya malam itu, namun beliau memilih untuk membelikan perlengkapan perang dengan dalih QS. At-Taubah: 24. Dan pada akhirnya Zahid pun syahid dalam peperangan dan belum sempat menikahi Zulfiah. Namun kabar gembira datang dari Rasulullah, “Hari ini Zahid berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik dari Zulfiah”. Kisah yang hampir serupa yaitu kisah sahabat yang bernama Julaibib Radhiallahu ‘anhu.

Kemuliaan dan keutamaan dari 2 (dua) orang sahabat ini, Zahid dan Julaibib Radhiallahu ‘anhuma, tidak terlepas dari buah ketaatan, ketakwaan, dan amal-amal shaleh, serta hati yang selamat.

Value seseorang dalam khalayak, terkadang diukur dari perbendaharaan harta yang dia punya atau good looking yang dia miliki. Sadar atau tidak, paradigma yang seperti ini mulai tertanam dalam mindset umat Islam itu sediri. Padahal Rasulullah telah menegaskan dalam sabdanya,

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian”. (HR. Muslim)

Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda,

“Berapa banyak orang yang rambutnya acak-acakan berdebu, tertolak di pintu-pintu (maksudnya orang miskin, orang susah, orang yang tidak punya kedudukan sama sekali. Jika ia dia datang ke sebuah rumah untuk meminta pertolongan, ia tertolak bahkan diusir), tapi kalau ia sudah bersumpah atas nama Allah, Allah langsung ijabah doanya (karena ketakwaannya, karena keyakinan dia dan tsiqah dia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang luar biasa)”. (HR. Muslim)

Dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”. (Al-Hujurat: 13)

*Tetaplah Menebar Manfaat Selagi Sempat*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *